Museum Benteng Vredeburg - My Favorit Museum in Yogyakarta
Museum Kokoh dan Tertata Rapi
![]() |
Museum Benteng Vredeburg |
Ketika masuk ke area tempat parkir, kekokohan museum ini sudah terlihat. Tidak nampak bahwa museum ini telah dibangun pada masa kolonial Belanda. Warna cat pada tembok ataupun halaman depannya terawat dengan baik. Pepohonan tumbuh dengan baik dan hijau. Dan, begitu saya masuk ke area dalam museum, bangunan museumnya masih terlihat bersih dan rapi. Lantai yang mungkin telah ada pada zaman dulu, masih terlihat bersih tanpa banyak kerusakan.
Apalagi, Museum Benteng Vredeburg ini mempunyai banyak bangunan yang tersebar dan ukurannya yang besar-besar. Akan terlihat tidak menarik kalau malah tidak dirawat dengan baik. Tapi, disini, rerumputan pun terlihat segar dan nampak tertata rapi juga, jadi lebih menambah keindahan museum ini.
Tiket masuk ke museum ini cukup murah, tidak akan semahal ketika kamu membeli softdrink atau air mineral botolan.
Sejarah Penting di Setiap Diorama
![]() |
Patung Pasukan Pangeran Diponegoro |
Pangeran Diponegoro lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat pada 11 November 1785, dan wafat di Makasar pada 8 Januari 1855. Di gedung ini juga ada cerita bahwa beliau sedang merencanakan strategi tempur di Goa Selarong untuk melawan Belanda.
Pada tanggal 20 Juli 1825, di bawah kepemimpinan Residen Chevalier, Belanda mengepung kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Setelah berhasil melarikan diri, beliau dan pasukannya mundur ke Dekso dan kemudian mereka pindah ke Selarong. Dan, tempat ini menjadi base camp untuk beliau dan anak buahnya.
Masih di dalam gedung diorama 1, ada minirama tentang kedatangan Jepang di Yogyakarta. Tentara Jepang telah masuk ke Yogyakata pada 6 Maret 1942 dari timur menuju Jalan Solo. Mereka berjalan ke barat dan tiba di Monumen Tugu di tengah perempatan lalu berbelok ke selatan ke Jalan Malioboro dan Istana Gubernur. Pasukan Jepang bergerak di jalan dengan menggunakan truk, dengan sepeda, dan bahkan berjalan kaki.
Di sini, digambarkan juga sejarah tentang Romusha. Sejarah tentang romusha ini juga merupakan sejarah yang menarik untuk dipelajari. Romusha adalah nama untuk orang Indonesia yang dipekerjalan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 192 hingga 1945.
Saya kemudian menuju gedung Diorama 2 yang pada minirama-miniramanya menggambarkan sejarah Indonesia tentang Proklamasi Indonesia. Di gedung ini, ada sekitar 19 minirama. Mereka sangat menarik dan begitu banyak patung yang sangat mirip dengan aslinya. Saya berjalan dengan lambat untuk melihat setiap penjelasan di setiap patung dan minirama secara terperinci. Oh ya, gedung diorama ini lebih besar dari bangunan diorama seebelumnya.
Setelah membaca penjelasan pada setiap minirama di gedung kedua ini, saya kemudian menuju gedung diorama 3 yang pintu masuknya masih berada di dekat pintu keluar gedung kedua. Menurut saya, gedung ketiga ini lebih menarik dari gedung diorama sebelumnya. Karena, banyak benda bersejarah yang beragam dan unik yang mungkin sudah tidak diproduksi lagi. Saya menghabiskan lebih banyak waktu di gedung ketiga. Selain karena memang gedungnya lebih besar dari gedung-gedung sebelumnya yang berarti semakin banyak sejarah yang dijelaskan, kelengkapan bangunan ini lebih modern dan nyaman.
Gedung diorama 3 ini menjelaskan sejarah tentang Kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Gedung diorama terakhir adalah gedung keempat yang ukuranya lebih kecil diantara semua gedung. Di gedung ini menggambarkan peristiwa bersejarah Pemilihan di Yogyakarta (1950), Seminar Pancasila Pertama di Yogyakarta, Peristiwa G30 S PKI di DIY, dan yang lainnya.
Yang saya sukai dari Museum Benteng Vredeburg ini adalah penjelasan sejarah yang begitu lengkap. Dan, dengan dilengkapi juga oleh peralatan modern, seperti layar interaktif, yang akan lebih menyenangkan bagi para pengunjung museum.
Dan, yang lebih aku apresiasi adalah, ketika saya datang ke museum ini, ternyata banyak anak muda yang juga datang bersama komunitasnya untuk belajar tentang sejarah Indonesia. Dengan dibimbing oleh seorang tour guide, mereka berjalan dengan teratur dan tenang untuk masuk ke setiap gedung diorama.
Ok, Travel Writer, itulah pengalaman kedua saya ketika mengunjungi Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta. Kalau kalian sedang berlibur di Yogyakarta, jangan lupa datang ke museum ini, ya.
Comments
Post a Comment