Mengembangkan Wisata Halal di Garut, The Swiss van Java

Gunung Papandayan - Garut, Instagram @galerigarut_

Sektor pariwisata di Indonesia sudah semakin berkembang dengan baik, terbukti dari salah satu provinsinya yang mendapat penghargaan World's Best Halal Tourism Destination di ajang The World Halal Travel Summit pada tahun 2015 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Provinsi tersebut adalah Nusa Tenggara Barat (NTB). Penghargaan ini pastinya menjadi motivasi untuk daerah-daerah lainnya di Indonesia untuk mengembangkan pariwisatanya dengan konsep yang sama, yaitu Wisata Halal.

Sebetulnya, tidak hanya Provinsi NTB saja yang telah mengembangkan Wisata Halal-nya, tapi dua daerah lainnya di Indonesia juga menjadi provinsi percontohan wisata halal tersebut, seperti Aceh dan Sumatra Barat. Dengan mengembangkan wisata halal dengan segala konsep dan daya tarik di ketiga daerah tersebut diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, baik wisatawan domestik atau pun mancanegara.

Pengembangan wisata halal diharapkan tidak hanya terfokus pada ketiga daerah itu saja, tapi daerah-daerah lain di Indonesia juga dapat mengikuti keberhasilan ketiga daerah tersebut. Dan, menurut saya, Garut sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat juga dapat menjadi inisiasi dan tentu mampu mengembangkan Wisata Halal-nya. Apalagi dengan segala sejarah dan letak geografis yang dipunyai Garut. Julukan sebagai Swiss van Java pun dapat menjadi daya tarik utama untuk dapat menarik wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara untuk datang dan berwisata ke Garut.

Beberapa faktor pendukung Garut dapat mengembangkan Wisata Halal-nya dengan baik dapat dilihat dari beberapa poin berikut:

Garut, The Swiss Van Java

Pemandangan Alam Garut, Instagram @ieugarut_

Dengan julukannya sebagai Swiss van Java  atau Kota Swiss-nya Pulau Jawa, Kabupaten Garut mudah untuk dikenal sampai ke mancanegara. Malah Garut sudah dikenal di dunia internasional. Julukan tersebut sebenarnya bukan tanpa alasan, tapi karena kemiripan bentang alam Pegunungan Swiss dengan bentang alam yang ada di Kabupaten Garut menjadi alasan utama penamaan Garut sebagai Swiss van Java tersebut. Adanya pegunungan, perbukitan, dan hutan yang melingkupi Kabupaten Garut, tentunya memberikan hawa sejuk dan pemandangan yang sangat indah, sama seperti bentang alam dan suhu udara yang terdapat di Swiss.

Selain itu, keindahan dan kebersihan desa-desa yang  ada di Garut akan menjadi daya tarik dalam pengembangan wisata di Garut. Bahkan, bukan hanya sebagai Swiss van Java, tapi Garut mendapat julukan lain, yaitu sebagai Kota Intan. Julukan ini diberikan oleh Presiden Soekarno ketika Beliau berkunjung ke Garut pada tanggal 8 Desember 1960. Julukan itu diberikan karena lingkungan Kota Garut saat itu sangat bersih dan asri, bahkan termasuk kota ter-bersih di Indonesia. Dengan penamaan Garut sebagai Swiss van Java dan Kota Intan pada sekitar awal abad ke-20 menjadikan Garut sempat terkenal sebagai tujuan wisata.

Seperti tidak ada habisnya penamaan yang indah buat kota yang sekarang dikenal dengan Kota Dodol ini, karena julukan lain diberikan dengan penamaan Mooi Garoet atau bisa diartikan dengan Garut yang indah. Nama ini muncul sebagai ungkapan kekaguman pada zaman kolonial dahulu atas keindahan alam kota Garut. Bahkan, banyak selebritis dunia sengaja datang ke Garut untuk berwisata. Salah satunya adalah Charlie Chaplin, artis dari Hollywood yang berkunjung ke Garut pada tahun 1928. Karena didatangi oleh beberapa artis kenamaan, Garut akhirnya menjadi tempat pertemuan orang-orang dari berbagai negara. Suasana seperti ini diabadikan oleh S. Ahmad Abdullah Assegaf dalam novel Fatat Garut (Gadis Garut) yang terbit pada tahun 1979 dalam bahasa Arab.

Oleh karena itu, dengan julukan-julukan yang dipunyai, tidak salah jika Garut dapat dengan mudah dikenal oleh dunia internasional dalam mengembangkan wisata-nya. Apalagi jika wisata tersebut berkonsep Wisata Halal. Hal ini dapat menjadi daya tarik utama bagi Garut dalam bersaing dengan daerah-daerah lain dalam mengembangkan Wisata Halal-nya agar dapat menarik wisatawan domestik maupun  mancanegara untuk datang dan berwisata ke Garut.

Curug Sanghyang Taraje, Instagram @ieugarut_

Mengembangkan Konsep Wisata Halal di Garut

1. Pengertian Wisata Halal

Wisata halal adalah pelayanan pariwisata yang merujuk pada aturan-aturan Islam. Dalam wisata halal ini, wisatawan tentunya tidak hanya berkunjung ke tempat-tempat Wisata Religi saja, seperti ke Masjid Agung Garut atau berziarah ke makam-makam Sunan atau syekh yang ada di Kabupaten Garut, seperti  makam Sunan Cipancar di Kampung Pasir Astana, makam Syeh Rohmat Suci, makam Sunan Haruman Raden Wangsa Muhammad, atau makam Panembahan Senopati Arief Muhammad yang berada di Komplek Candi Cangkuang.

Tapi, dalam wisata halal ini para wisatawan tetap berwisata ke tempat-tempat wisata yang populer di Garut seperti Kampung Sampireun, Kawah Talaga Bodas, Darajat Pass, Gunung Papandayan, Pemandian Cipanas dan tempat wisata popular lainnya dengan tetap memberikan fasilitas serta kemudahan bagi para wisatawan Muslim. Hal ini bertujuan agar mereka merasa nyaman saat melakukan jalan-jalan ke berbagai tempat wisata di Garut.

Sehingga pada beberapa tempat wisata yang mempunyai fasilitas sesuai dengan aturan syariah Islam membuat para wisatawan, khususnya yang beragama Islam, merasa nyaman untuk mengunjungi-nya. Seperti kita ketahui bahwa, seorang muslim terikat dengan aturan syariah soal makan dan minum, ibadah, adab pergaulan, dan sebagainya.

Sebagai tambahan pengertian wisata halal, dari sumber daring yang saya baca, M. Battour dan M. Nazari Ismail, mendefinisikan wisata halal adalah semua objek atau tindakan yang diperbolehkan menurut ajaran Islam untuk digunakan oleh wisatawan Muslim dalam industri pariwisata. Sebagai catatan, Garut dengan jumlah pemeluk agama Islam sekitar dua juta orang, memiliki peluang mengembangkan konsep wisata halal yang cukup besar untuk para wisatawan muslim di dalam negeri maupun mancanegara.

Situ Cibangban, Instagram @ieugarut_

2. Langkah Awal Pengembangan Wisata Halal Di Garut

Pengembangan Wisata Halal ini tidak serta-merta hanya mencakup dan mengatur soal makan dan minum, ibadah, adab pergaulan di berbagai tempat wisata. Tapi, aturan dan acuan-nya tercantum dalam Global Muslim Travel Index (GMTI). GMTI ini yang nantinya akan menjadi acuan pertama dari standardisasi industri wisata halal di Indonesia.

Dalam acuan yang tertuang di GMTI ini, ada tiga kelompok kriteria wisata halal yang dijelaskan, yaitu tujuan wisata ramah keluarga, layanan dan fasilitas di tujuan wisata yang ramah Muslim, dan kesadaran dan pemasaran halal di tujuan wisata tersebut. Dan, di setiap kriteria mempunyai indikator turunnya masing-masing.

Sebagai contoh, salah satu indikator dalam kriteria pertama, yaitu tujuan wisata ramah keluarga, mencakup keamanan bagi wisatawan Muslim dan umum juga. Sedangkan di kriteria kedua beberapa indikator turunannya seperti pilihan makanan dan jaminan halal, serta akses tempat dan penyediaan peralatan ibadah. Dan, untuk kriteria yang terakhir, contoh indikator turunannya adalah kemudahan komunikasi dan kebutuhan wisatawan Muslim.

Selain acuan dari GMTI tersebut, sebenarnya Wisata Halal nantinya tidak terlepas dari aturan pemerintah daerah dan memerlukan payung hukum yang lebih kuat juga.  Dengan Peraturan daerah (Perda), pelaksanaan komitmen wisata halal tentunya akan menjadi lebih kuat. Sehingga kebijakan-kebijakan dalam Perda tersebut akan memudahkan pelaksanaannya di lapangan. Tentunya koordinasi pemerintah dan para pelaku industri wisata pun bisa lebih fokus.

Seperti konsep Wisata Halal yang dikembangkan di NTB, pada mulanya tidak semua tempat wisata mendapat pernyataan ‘Wisata Halal’. Tapi, dimulai dari satu atau dua tempat wisata yang disesuaikan dengan konsep wisata halal, yang akhirnya mendapat ‘pernyataan’ dalam bentuk sertifikasi, bahwa tempat-tempat yang akan dikunjungi itu termasuk Wisata Halal.

Dengan Perda yang diaplikasikan dengan konsisten berdasarkan standar dari GMTI, maka akan dapat menguatkan pengelolaan wisata halal, baik dari sisi tujuan wisata tersebut dan dan industri pariwisata-nya, yang tentunya didukung pula oleh masyarakat dan pelaku usaha pariwisata lainnya.

Talaga Bodas, Instagram @wisata_garut

3. Penyediaan Produk dan Jasa

Selain Peraturan Daerah yang tentunya membutuhkan payung hukum dan pembahasan aturan yang lebih jelas, penyediaan produk dan jasa pada pengembangan wisata halal dapat lebih awal diimplementasikan dengan mudah pada kehidupan sehari-hari. Seperti dari pusat perbelanjaan yang biasa kita datangi, yang tanpa kita sadari, sebenarnya telah merujuk kepada salah satu kriteria dalam konsep wisata halal, yaitu layanan atau fasilitas musala yang bagus dan bersih yang mudah ditemukan di mal atau pusat perbelanjaan.

Selain di mal, di tempat-tempat yang berhubungan dengan pariwisata, seperti di hotel dan restoran juga dapat mulai menyediakan musala umum yang sesuai standar dan tentunya memisahkan tempat untuk perempuan dan laki-laki. Ditambah, di kamar-kamar hotel disediakan sajadah dan Alquran juga.

Ketiga tempat tersebut; mal, hotel, dan restoran,  sudah bisa dikatakan telah menjalankan konsep Wisata Halal sebagai langkah awal mendukung wisata halal tersebut, apalagi jika nantinya semua tempat tersebut sudah berlabel halal. Penyediaan tempat ibadah yang dapat mempermudah wisatawan muslim untuk dekat dengan tempat ibadah agar ibadah menjadi mudah merupakan kriteria tujuan wisata halal.

Selain penyediaan tempat dan peralatan ibadah, pelaku Industri Kecil Menegah (IKM) bisa mulai menjaga kualitas produknya agar menerima sertifikat halal. Setelah itu, dengan selalu dipantau dan diawasi oleh pemerintah daerah yang mengurusi sektor pariwisata, para pelaku IKM tersebut nantinya dapat menjaga kualitas dan label halalnya.

Garut, Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 

1. Aplikasi 'Jajap Garut'

Dalam Revolusi Industri 4.0 yang dapat kita rasakan adalah kemajuan dalam hal sambungan internet atau layanan-layanan yang berbasis internet. Akhirnya, penggunaan smartphone menjadi hal yang dibutuhkan pada zaman sekarang ini.

Bermunculannya aplikasi berbasis tujuan wisata dan kuliner tentunya menarik berbagai pihak untuk terus mengembangkan usahanya, salah satu contohnya adalah menarik minat perusahaan lokal Garut untuk mengembangkan sebuah aplikasi berbasis revolusi industri 4.0, yaitu aplikasi ‘Jajap Garut’. Aplikasi ini bertujuan untuk  memasarkan produk-produk makanan asli Garut dari para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sehingga dapat dipesan dan dinikmati hanya dalam satu aplikasi saja.

Aplikasi ini menawarkan ragam kemudahan bagi warga, dan tentunya untuk wisatawan yang sedang berlibur di Garut, tanpa harus keluar rumah atau hotel dan menghabiskan banyak waktu untuk belanja. Dengan adanya Aplikasi kebanggaan Kabupaten Garut ini dapat menjadi langkah awal untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi lain yang tentunya memberikan informasi yang tepat mengenai berbagai macam kuliner di Garut, terutama yang berlabel halal.

Gunung Papandayan, Insatgram @wisata_garut

2. Aplikasi Berbasis Wisata Halal

Dengan langkah kecil diluncurkannya aplikasi ‘Jajap Garut’ menjadi langkah awal pengembangan wisata di Garut, terutama dalam bidang kuliner. Hal ini juga yang pastinya akan menjadi pendorong bagi perusahaan lokal Garut lainnya untuk terus menciptakan aplikasi yang dapat menunjang keberhasilan Wisata Halal di Garut.

Dengan bermunculannya Aplikasi Booking Hotel yang banyak dipromosikan di berbagai media sosial dapat dengan mudah untuk mempromosikan hotel dengan konsep penamaan Hotel Halal. Hal ini tentunya dapat memberikan kenyamanan para wisatawan dalam pemilihan akomodasi. Apalagi, jika aplikasi tersebut juga memberikan informasi label Restoran Halal.

Aplikasi booking hotel yang sudah ada atau pun yang nantinya diciptakan oleh perusahaan lokal Garut yang dikhususkan untuk akomodasi daerah setempat akan sangat membuka peluang dalam mendukung Wisata Halal dengan penamaan Hotel Halal atau pun Restoran Halal-nya. Pastinya, lebih memberikan kenyamanan bagi wisatawan muslim dalam pemilihan akomodasi yang berlabel halal.

***

Mengembangkan konsep Wisata Halal di Kabupaten Garut dengan aturan dan acuan-nya yang tercantum dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) dan diatur oleh Peraturan Daerah (Perda) pastinya akan sangat dibutuhkan. Sehingga, koordinasi antara penyedia layanan produk dan jasa dapat berjalan dengan baik dan jelas. Semua hal yang terkait dalam produk dan jasa yang diproduksi oleh para pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) dan industri besar dapat terlaksana dengan baik juga. Sehingga kenyamanan para wisatawan, terutama wisatawan muslim, untuk datang ke Kabupaten Garut untuk berwisata dapat terus meningkat.

Sebagai langkah awal pengembangan Wisata Halal dapat dilakukan di kehidupan sehari-hari, seperti penyediaan tempat ibadah yang sesuai standar dan kualitas makanan yang menggunakan produk halal menjadi perhatian awal kenyamanan para wisatawan muslim. Apalagi ditambah dukungan dengan teknologi yang mempermudah dalam mencari tempat wisata, akomodasi, dan restoran yang berlabel halal.

Perlu dukungan dari berbagai pihak agar pengembangan Wisata Halal di Garut dapat berjalan dan terlaksana dengan baik dan mencapai keberhasilan. Tentunya tidak akan sulit menerapkannya jika didukung dan diawali dengan kesadaran dari masyarakat dan pelaku industri wisata dalam mengembangkan usahanya agar dapat menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara.


Sumber referensi:
www.garutkab.go.id
www.republika.co.id
www.jajapgarut.com
www.pikiran-rakyat.com
https://www.zenius.net/blog/21104/revolusi-industri-4-0
http://sederhanamm.blogspot.com/2014/04/julukan-julukan-kota-garut
https://www.kompasiana.com/noviasyahidah/588872073097731407c94ce7/apa-sih-wisata-halal
https://news.detik.com/kolom/d-4466915/membumikan-konsep-wisata-halal

Comments

  1. numpang promote ya min ^^

    Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hiking ke Gunung Karang, Bisa Sambil Berkemah dan Belajar Sejarah

Wisata Religi ke Batu Quran Pandeglang Banten

Istilah Staycation Semakin Populer, Apakah Artinya?

Travel Blog Indonesia Untuk Kita Semua

Pantai Bandulu Anyer, Lebih Mantap Dikunjungi Setelah Matahari Terbenam

4 Hal Seru Yang Ada Di Pantai Bandulu Anyer

Titik Nol Kilometer Anyer - Panarukan