Bikepacking Keliling Sumedang, The Real Exploration


Dengan tema tulisan ‘Jelajahi Sumedang’, ya berarti saya harus menjelajahi Sumedang. Dan, saya rasa menjelajahi Sumedang dengan cara bikepacking adalah penjelajahan yang sebenarnya, the real exploration.

Akhir-akhir ini, saya memang lebih nyaman melakukan perjalanan dengan cara backpacker-an. Backpacking pertama saya adalah ketika saya pergi ke Yogjakarta. Saya cukup nyaman dengan bergonta-ganti bus, naik kereta api, dan menjelajahi Kota Gudeg ini dengan hanya berjalan kaki. Makanya, pengalaman backpacker-an yang super asyik di Jogja ini saya abadikan di buku bilingual saya dengan judul ‘Jogja in 24 Hours’.

Kemudian, saya juga backpacker-an ke Bali. Ini adalah perjalanan terjauh saya saat ini. Sepertinya, saya lebih menikmati perjalanan ke Bali menggunakan kereta api daripada pesawat terbang. Karena, saya bisa melihat indahnya pemandangan dari kota-kota yang saya lewati dengan jelas. Saya merasa sangat luar biasa, karena bisa melewati berbagai kota yang sebelumnya hanya bisa saya lihat di peta, televisi atau youtube.

Tugu Peringatan Bom Bali, dok. pribadi

Capek? Pastinya. Tapi semua rasa capek itu hilang begitu saya menginjakkan kaki di Jalan Legian. Backpacker-an selama dua hari satu malam dari Jakarta menuju Bali dengan menggunakan kereta api, kemudian lanjut kapal laut, dan berganti lagi menggunakan bus, serta ojek, terbayarkan sudah ketika saya melihat kerlap-kerlip lampu yang berwarna-warni pada Tugu Peringatan Bom Bali di Jalan Legian.

Melakukan perjalanan dengan cara backpacker-an menurut saya lebih murah dan intinya lebih menantang. Lebih menatang, karena saya belum mengenal daerah-daerah yang saya lewati sebelumnya. Dan, untuk biaya perjalanan, tentunya lebih murah, karena saya telah mempersiapkan tiket perjalanannya jauh-jauh hari agar mendapat tiket kereta api dengan harga yang terjangkau dengan kantong seorang backpacker. 

Selain backpakeran-an saya juga sekarang malah lebih asyik melakukan perjalanan dengan cara bikepacking.

Bikepacking adalah cara melakukan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Saya jadi biasa melakukan perjalanan dengan sepeda motor untuk sampai ke daerah wisata yang saya tuju. Lebih nyaman dan murah juga. Tapi, alasan penting kenapa saya lebih memilih cara ini, karena dengan bikepacker-an saya bisa berhenti kapan dan dimana saja. Saya mempunyai kesempatan lebih besar untuk berinteraksi dengan orang-orang yang saya temui di jalan, dan tentunya bisa lebih mengenal daerah-daerah yang saya lewati. Jadi, tidak hanya melihat pemandangannya saja di balik kaca jendela kereta api atau bus.

Bikepacker-an saya yang terjauh adalah ke daerah Pelabuhanratu, Sukabumi, yaitu ke Pantai Cimaja. Pantai ini terkenal dengan surfing paradise-nya yang telah terkenal ke mancanegara. Saking merasa asyiknya melakukan perjalanan menggunakan sepeda motor ke Pelabuhanratu, saya kemudian bikepacker-an lagi ke daerah Bogor dan Baduy.

Pantai Cimaja, Pelabuhanratu, Sukabumi, dok. pribadi

Bahkan sebelumnya saya telah menyusuri pantai-pantai di Banten. Mulai dari pantai-pantai bagian barat sampai bagian selatan Banten. Mulai dari pantai-pantai di Kecamatan Anyer sampai Pantai Sawarna di Kabupaten Lebak. Pantai-pantai di Kota Baja Cilegon dan Merak juga pernah saya datangi. Sangat luar biasa!

Bikepacking sepertinya membuat saya merasa lebih bebas dan mandiri.

Makanya dengan mengikuti lomba menulis writingthon dengan tema 'Jelajahi Sumedang', saya ingin benar-benar menjelajahi Sumedang. Sepertinya akan menjadi the real exploration kalau saya mengunjungi Sumedang dengan cara bikepacking. Saya kemudian mencari beberapa tempat wisata yang akan saya kunjungi di Sumedang secara daring. Ya, seperti menyusun sebuah itinerary atau rencana perjalanan dulu, dan semoga nantinya bisa terlaksana. Aamiin.

Rencana awal saya adalah nantinya saya akan bikepacking dari daerah saya, yaitu daerah Banten. Sesampainya di Sumedang, saya akan memulai perjalanan dari pusat kota. Masjid Agung Sumedang sepertinya akan menjadi titik awal saya menjelajahi kota yang memiliki julukan Kota Tahu ini.

Masjid Agung Sumedang

Masjid Agung Sumedang, instagram: @abdulropinasihin

Sebagai sikap sopan santun saya kepada Kabupaten Sumedang, saya akan terlebih dahulu mengunjungi Masjid Agung Sumedang yang juga sangat bersejarah.  Masjid ini memiliki perpaduan arsitektur Islam dan Tionghoa. Atapnya mirip dengan Pagoda Cina. Ya, karena atap ini mengadopsi gaya bangunan di Tiongkok pada abad ke-19. Masjid yang juga bernama Masjid Besar Tegalkalong yang dijadikan situs bersejarah ini memang dirancang oleh arsitek dari Tiongkok.

Hal lain yang menarik dari arsitektur masjid yang dibangun pada tahun 1850 ini adalah jumlah tiang penyangga bangunannya yang berjumlah 166 buah. Cukup Banyak. Selain itu, bentuk mimbar masjid-nya juga sangat antik dengan mempertahankan bentuk aslinya. Pastinya sangat menarik untuk mengunjungi masjid ini, dan saya akan mengerjakan shalat dhuha terlebih dahulu sebelum berkeliling Sumedang.

Alun-alun Kabupaten Sumedang

Setelah shalat sunnah Dhuha, saya juga akan menyempatkan diri untuk jalan-jalan di sekitar Alun-Alun Kabupaten Sumedang. Alun-alun ini bukan hanya sebagai pusat kota, tetapi di sini juga terdapat bangunan monumen yang berada di tengah-tengah alun-alunnya, yaitu Monumen Lingga.
Menurut sejarah, Monumen Lingga dibuat pada tahun 1922 oleh Pemerintah Belanda. Monumen atau ini sengaja dibangun untuk mengenang jasa-jasa Bupati Sumedang yang memimpin Sumedang dari tahun 1883 sampai tahun 1919, yaitu Pangeran Aria Suriaatmadja.

Fasilitas-fasilitas umum yang ada di alun-alun sepertinya akan saya jelajahi dan coba juga. Lebih asyik lagi kalau sambil jalan-jalan, sambil mencicipi kuliner atau jajanan khas Sumedang yang ada di sekitar sini.

Museum Prabu Geusan Ulun

Museum Geusan Ulun, instagram: @ajengmaul

Rugi juga kalau tidak mengunjungi museum yang masih dekat dengan Alun-Alun Sumedang. Museum Prabu Geusan Ulun yang pastinya menjadi tujuan saya berikutnya, agar saya lebih mengenal sejarah Kabupaten Sumedang. Di museum ini banyak barang peninggalan yang bernilai sejarah dan  barang-barang pusaka Leluhur Sumedang, seperti keris, senjata perang, naskah kuno, dan kereta kencana.

Penamaan museum yang berdiri pada tanggal 11 November 1973 ini diambil dari nama Raja Sumedang Larang terakhir yang memerintah Kerajaan Sumedang Larang dari tahun 1578 - 1601, yaitu Prabu Geusan Oeloen.

Oh ya, bitreaders. Setiap saya mengunjungi suatu kota, tidak ketinggalan saya selalu mengunjungi museumnya juga. Saya sangat hobi mengunjungi museum. Apa mungkin karena Hari Museum sama dengan tanggal lahir saya, ya? Jadi, saya merasa rugi jika tidak mengunjungi museum di kota yang sedang saya kunjungi.

Kampoeng Ciherang

Wisata Kampoeng Ciherang, instagram: @ashe_santana

Oh ya, bitreaders, pastinya saya juga butuh akomodasi selama tiga hari dua malam saat menjelajahi kota yang dulunya di bawah kekuasaan Raja Galuh. Rencananya, saya akan menginap di sebuah penginapan yang khas Sumedang. Seperti kita ketahui bahwa kabupaten ini identik dengan suasana pedesaan dengan orang dan bahasa sundanya dan  lanskapnya yang hijau dan asri. Jadi, Kampoeng Ciherang yang berada di Jalan Lintas Subang - Indramayu, Kec. Rancakalong, Kabupaten Sumedang ini sepertinya penginapan yang bisa mewakili Sumedang.

Menginap di Wisma Kampoeng Ciherang bisa mewakili suasana pedesaan, dan kebetulan wisma ini juga merupakan sebuah tempat wisata Kampoeng Ciherang dengan segala aktivitas dan fasilitas di dalamnya. Jadi, pastinya akan banyak tempat yang instagrammable yang bisa menjadi latar foto menarik yang bisa dibagikan ke media sosial saya.

Enaknya, wisma dan wisata Kampoeng Ciherang ini dekat dengan pusat kota, hanya berjarak sekitar 10 km. Sepertinya, menghabiskan hari pertama di Sumedang dengan menjelajahi kampung wisata ini sangat tepat. Udara sejuk dengan suasana hijau dan lingkungan yang khas pedesaan dengan aliran sungai bisa membuat badan dan pikiran lebih fresh.

Curug Cigorobog

Curug Cigorobog, Citengah, ig: @dedywahyuu

Karena Sumedang mempunyai banyak curug atau air terjun, pastinya saya tidak akan ketinggalan untuk mengunjungi salah satu curug yang ada di Sumedang. Curug Cigorobog adalah curug pertama yang saya pilih. Alasannya, pertama, karena curug ini dekat dengan Alun-Alun Sumedang, hanya berjarak sekitar 11 km. Kedua, curug ini mempunyai keunikan berupa undakan air. Ada tiga undakan air di curug ini dengan ketinggian secara keseluruhan sekitar 40 meter.

Selain ber-bikepacker-an, saya juga harus hiking menyusuri jalan setapak untuk mencapai curugnya. Karena, curug yang berjarak 500 meter dari jalan raya di daerah Citengah ini tidak bisa dilalui sepeda motor untuk sampai ke lokasi. Tapi, enaknya di area curug sudah banyak fasilitas yang bisa saya gunakan, seperti tempat parkir, kamar mandi, musala, dan tersedia juga warung-warung yang bisa digunakan untuk beristrahat. 

Di hari kedua saya ada di Sumedang, curug ini yang akan pertama kali saya kunjungi. Wah, saya jadi tidak sabar ingin cepat-cepat merasakan sejuknya suasana dan dinginnya air 
Curug Cigorobog!

Bukit Panenjoan Jatigede

Pemandangan di Bukit Panenjoan, insatgram: bakri_pakoth

Seperti yang saya sebutkan di awal, bahwa Sumedang merupakan kabupaten dengan banyak daerah dataran tinggi. Mengunjungi tempat wisata yang berada di dataran tinggi ini tidak akan saya lewati, karena saya ingin melihat lanskap Sumdenag dengan jelas dan menikmati hamparan hijaunya.

Salah satu wisata yang akan saya kunjungi berikutnya adalah Bukit Panenjoan di Kampung Burujul, Desa Jemah, Kecamatan Jatigede. Bukit ini berada di dekat Waduk Jatigede, sehingga saya juga bisa melihat keindahan hamparan waduknya dari ketinggian. Asyiknya, pemandangan ke arah Waduk Jatigede tidak terhalang oleh bangunan atau pepohonan. Jadi, saya bisa melihat deretan beberapa pulau yang muncul ke permukaan waduknya. Spot-spot lain yang ada di Bukit Panenjoan adalah gazebo dan spot tulisan ‘Panenjoan’.

Kuliner-an di Sumedang

1. Soto Bongko

Soto Bongko Khas Sumedang, instagram @soniabunawas

Di hari ke tiga waktunya saya mencari dan mencicipi kuliner khas Sumedang selain tahu-nya yang sudah terkenal sampai ke berbagai daerah di Indonesia. Ternyata, banyak juga kuliner yang bisa saya coba di sini.

Soto Bongko sepertinya yang akan pertama saya coba. Makanan ini cukup mengenyangkan karena dilengkapi dengan lontong. Kuahnya mirip kari kental. Makanya, kuliner yang satu ini biasa disantap oleh masyarakat di Sumedang sebagai sarapan di pagi hari. Isinya terdiri dari tahu, taoge.

2. Nasi Tutug Oncom

Kuliner kedua yang ingin saya coba adalah Nasi Tutug Oncom. Kuliner ini termasuk makanan berat juga, jadi bisa sekalian menjadi menu makan siang.  Nasi Tutug Oncom adalah nasi yang dicampur dengan oncom yang sudah di goreng atau dibakar. Tutug dalam bahasa sunda artinya menumbuk. Proses mengaduk dan menumbuk, mencampur nasi dengan oncom inilah yang membuat hidangan ini disebut Nasi Tutug Oncom.

3. Kadedemes

Kadedemes, instagram: @mirave21

Yang saya tahu, biasanya kulit singkong itu tidak dimakan atau dimanfaatkan buat hal lain. Tapi di Sumedang ini, malah ada makanan yang terbuat dari kulit singkong, yaitu Kadedemes. Bagian kulit singkong yang dibuat makanan ini memang bukan bagian kulit luarnya yang kotor, tapi bagian dalam singkong yang berwarna putih. Cara membuat Kadedemes adalah dengan cara ditumis dengan dicampur cabai, bawang, dan tomat. Wah, jadi gak sabar ingin coba!

3. Asinan

Sebenarnya saya tidak terlalu suka asinan, tapi spesial untuk Sumedang dan supaya ada seger-segernya juga, saya akan mencicipi Asinan Sukasari khas Sumedang. Asinan ini terbagi menjadi dua, yaitu asinan sayur dan buah.

Untuk asinan buah terdiri dari potongan berbagai buah-buahan, seperti kedondong, pepaya, jambu, bengkoang, salak dan lain sebagainya. Kemudian, semua potongan direndam di dalam air gula. Untuk asinan sayur, terdiri dari campuran berbagai sayur segar tanpa rendaman air, hanya disiram dengan kuah asinannya saja. Biasanya bahan asinan sayurnya berupa timun, kol, wortel, dan taoge.

Sepertinya, kuliner-an di Sumedang dengan mengunjungi restoran atau warung makan yang khas Sumedang lebih tepat, ya. Citarasa asli makanan khas Sumedang pastinya masih tetap dijaga. Kampung Ladang Resto, Tahu Bungkeng, atau Saung Teko adalah beberapa tempat kuliner-an yang nantinya wajib saya datangi.

***

Jadi, itulah rencana bikepacking saya di Sumedang selama tiga hari dua malam. Beberapa tempat wisata dan kuliner-an sudah saya persiapkan. Rencana perjalanan dengan cara bikepacking ini juga sudah saya atur berdasarkan jauhnya tempat wisata dan waktu beraktivitas. Semoga rencana perjalanan bikepacking keliling Sumedang bisa terlaksana dengan mengikuti lomba menulis ‘Writingthon Jelajahi Sumedang’ yang diadakan Bitread. Atau, mungkin saya bisa melakukan perjalanan bersama peserta-peserta lain. Aamiin.


Referensi:
www.sumedangkab.go.id
www.tempatwisataindonesia.id
www.bisnisbandung.com
www.sumedangtandang.com
www.yes24.co.id
www.wisatajabar.com
www.id.wikipedia.org
www.booking.com
www.jejakpiknik.com

Comments

Popular posts from this blog

Hiking ke Gunung Karang, Bisa Sambil Berkemah dan Belajar Sejarah

Wisata Religi ke Batu Quran Pandeglang Banten

Istilah Staycation Semakin Populer, Apakah Artinya?

Travel Blog Indonesia Untuk Kita Semua

Pantai Bandulu Anyer, Lebih Mantap Dikunjungi Setelah Matahari Terbenam

4 Hal Seru Yang Ada Di Pantai Bandulu Anyer

Titik Nol Kilometer Anyer - Panarukan