Backpacker-an ke Semarang, Lebih Mudah Pakai Aplikasi Lunpia


Halo Sobat Traveler,

Cara melakukan perjalanan setiap orang pastinya berbeda-beda, tergantung dengan budget, waktu, dan kenyamanan. Ada yang suka melakukan perjalanan dengan cara motorbiking, touring, road tripping, atau flashpacking. Nah, kalau saya lebih suka melakukannya dengan cara backpacking

Backpacking berarti melakukan perjalanan dengan hanya membawa tas ransel. Bukan itu saja, cara ini lebih dipilih banyak orang, termasuk saya, karena bisa menghemat biaya perjalanan. Orang yang melakukan cara ini disebut backpacker.

Entah kenapa saya lebih suka backpacker-an. Walaupun harus bergonta-ganti moda transportasi, tapi saya merasa nyaman-nyaman saja. Mungkin karena dengan backpacker-an, saya jadi bisa bertemu banyak orang dan bisa melewati daerah-daerah yang baru.

Seperti ketika saya backpacker-an ke Yogyakarta. Selama di dalam kereta api, saya malah lupa dengan handphone saya dan asyik ngobrol dengan penumpang yang mempunyai jurusan yang sama. Sewaktu ke Bali pun demikian, ketika baru turun dari Stasiun Banyuwangi, saya bertemu dengan sekelompok backapcker dari luar negeri yang menuju Bali juga. Saya jadi mendapat teman traveling selama di perjalanan.  

Backpacker-an ke Semarang di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

Stasiun Tawang, Semarang. Sumber: IG @indah_forniawati

Begitu juga dengan  itinerary atau rencana perjalanan saya ke Semarang. Saya pastinya akan melakukannya dengan cara backpacker-an dan memilih menggunakan kereta api. Saya lebih nyaman melakukan perjalanan jarak jauh dengan menggunakan kereta api, karena di kereta api saya bisa duduk dengan nyaman, ada toilet yang bisa saya pakai kapanpun, dan saya juga bisa pesan makanan dan minuman yang instan dan hangat.

Perjalanan saya akan dimulai dari Stasiun Pasar Senen - Jakarta menuju Stasiun Tawang. Jadwal keberangkatan kereta api dari Stasiun Pasar Senen adalah pada pukul 10.30 WIB dan akan tiba di Stasiun Tawang pada pukul 17.26 WIB. Tiketnya sebesar Rp. 145.000 dan lama perjalanannya sekitar 7 jam.

Oh ya, Sobat Traveler. Untuk mendapat tiket kereta yang cukup murah, kita harus mengecek dan memesannya jauh-jauh hari. Sekitar dua atau tiga minggu sebelum keberangkatan. Hal ini juga bertujuan agar perjalanan kita lebih siap, tidak terburu-buru.

Situasi di Stasiun Kereta Api, dok. pribadi

For your information. Di saat Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), baik di Stasiun Pasar Senen ataupun Stasiun Tawang, calon penumpang kereta api jarak jauh harus melakukan rapid test covid-19 terlebih dahulu dengan biaya sebesar Rp. 85.000. Jangan khawatir akan ketinggalan kereta ya, karena test ini hanya memakan waktu sekitar 10 - 15 menit. Dan, hasilnya bisa langsung kita ketahui.

Selain melakukan rapid test, melakukan perjalanan di saat AKB ini berarti kita juga harus menggunakan peralatan yang dapat menghindarkan diri dari terjangkitnya Virus Corona, seperti dengan memakai face shield (pelindung muka) dan face mask (penutup hidung dan mulut), juga tidak lupa membawa hand sanitizer.

Di kedua stasiun ini juga akan ada para petugas yang sudah siap bertugas untuk melaksanakan sistem pengawasan dan pengecekan para penumpang. Guna menekan semakin meluasnya penyebaran Virus Corona, di peron sudah ada petugas jaga dengan thermal gun untuk mengecek suhu tubuh setiap penumpang yang akan naik dan baru turun dari kereta. Juga, akan ada pengecekan surat keterangan uji hasil rapid test dengan hasil non-reaktif. Semua kegiatan ini harus tetap dilakukan dengan  tetap menjaga jarak.

Memakai Aplikasi Lunpia Semarang

Aplikasi Lunpia Pemkot Semarang, dok. pribadi

Karena judulnya backpacker-an, supaya lebih hemat tapi tetap seru, saya akan mencari tempat-tempat wisata yang tidak terlalu jauh dari Stasiun Tawang. Tujuannya adalah agar saya tidak mengeluarkan biaya untuk transportasi lagi. Begitu juga dengan penginapan. Lebih dekat dengan stasiun pastinya akan lebih baik. Jadi, saya bisa mencapainya dengan jalan kaki saja.

Asyiknya, sekarang Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang telah meluncurkan Aplikasi Lunpia. Aplikasi ini merupakan inovasi pemkot agar dapat menghidupkan kembali pariwisata di Semarang. Wah, aplikasi ini sangat berguna sekali bagi orang-orang seperti saya yang baru menginjakkan kaki di Kota Lumpia ini, lho. Dan, pastinya pilihan tempat-tempat yang ada di aplikasi ini adalah yang terbaik berdasarkan rekomendasi pemkot.

Melalui aplikasi ini, saya bisa langsung melihat tempat-tempat wisata di sekitar Stasiun Tawang yang akan saya tuju. Informasi untuk setiap tempat wisatanya sangat lengkap. Saya juga bisa langsung mengecek penginapan mana yang sesuai dengan bugdet dan fasilitas yang saya butuhkan.

Sobat Traveler. Ada empat tempat wisata yang sudah saya pilih untuk segera saya eksplorasi. Keempat wisata ini masih berkaitan dengan wisata sejarah di kota Semarang. Saya sangat suka mempelajari sejarah di suatu kota yang saya kunjungi, karena saya tidak ingin hanya asyik-asyik jalan-jalan saja. Tapi, ada ilmu pengetahuan yang saya dapatkan setelah pulang dari traveling.

Yuk, Sobat Traveler segera cek ulasan saya!

Menginap di Hotel Aston Inn Pandanaran 

Hotel Aston Inn Pandanaran, Semarang. Sumber: IG @yuli_krisharyati

Karena, waktu kedatangan saya di Semarang sudah menjelang petang. Sepertinya, akan sangat menguras tenaga jika saya langsung mengeksplorasi Semarang. Jadi, lebih baik saya mengatur waktu untuk mencari penginapan dan istirahat yang cukup. Setelah browsing di Aplikasi Lunpia, saya memilih Hotel Aston Inn Pandanaran.

Alasannya, karena hotel ini mudah dijangkau dari Stasiun Tawang dan berada di lokasi yang cukup strategis, yaitu dekat dengan Tugu Muda dan Lawang Sewu, serta pusat kuliner. Seru, ya?! Lokasi tepatnya yaitu berada di Jalan Pandanaran No. 40, Pekunden. Kec. Semarang Tengah.

Fasilitas yang ada di hotel ini adalah Meeting Room, Ballroom, Altitude Sky Longue, Restaurant, Sky Pool, Gym, dan Masjid yang terletak di lantai 5. Harga kamar per malamnya dimulai dari harga sekitar Rp. 300.000.

Mengekplorasi Wisata Sejarah di Semarang

Seperti yang saya bilang sebelumnya bahwa, saya biasanya lebih memilih untuk mengeksplorasi tempat-tempat wisata terdekat dulu. Dan, saya lebih suka mendatangi tempat-tempat wisata yang bernilai sejarah. Jadi, melalui Aplikasi Lunpia saya mencari tempat-tempat wisata tersebut.

1. Lawang Sewu

Lawang Sewu, Semarang. Sumber: IG @enno.ennok

Lawang Sewu merupakan gedung tua peninggalan kolonial Belanda. Lawang sewu ini mempunyai arti seribu pintu. Sebenarnya tempat wisata yang sempat ditutup karena Pandemi Corona ini tidak mempunyai pintu sebanyak itu. Hanya saja, dengan banyaknya pintu yang berderet yang tidak biasa dimiliki oleh suatu bangunan, akhirnya dinamai dengan Lawang Sewu.

Sekarang Lawang Sewu telah dibuka kembali. Bangunan yang dibangun sekitar tahun 1904-1907 ini telah siap menerima wisatawan lokal dan domestik dengan tetap melakukan protokol kesehatan sesuai era AKB. Yaitu, dengan menyediakan fasilitas pos kesehatan, fasilitas tempat cuci tangan, hand sanitizer, thermo gun, serta penerapan jaga jarak.

Berlokasi di Jalan Pemuda, Sekayu, Semarang Tengah, Lawang Sewu dibuka dari pukul 8 pagi hingga 9 malam. Tiket masuknya sebesar Rp. 15.000/orang.

2. Heritage Kota Lama Semarang

Kota Lama Semarang. Sumber: IG @nabila_kipz

Pilihan wisata sejarah saya yang kedua adalah Kota Lama Semarang. Sama seperti Lawang Sewu, Kota Lama Semarang mempunyai banyak bangunan bergaya Eropa. Luar biasanya adalah, walaupun bangunan-bangunan ini telah berusia 200 - 300 tahun, tapi beberapa diantaranya masih dalam kondisi baik dan berfungsi dengan normal.

Seperti, Gereja Blenduk, Gedung Jiwasraya, Gedung Marba, Gedung Bank Mandiri, Gedung Marabunta, dan beberapa diantaranya. Semua gedung ini masih dipergunakan dengan baik sesaui dengan kebutuhannya sampai sekarang, walaupun beberapa kali telah beralih fungsi.

Kota Lama Semarang sudah ramai semenjak abad ke 17. Kawasan ini merupakan pusat perdagangan di Indonesia, banyak pedagang yang berasal dari Cina dan Arab datang ke kota semarang, terutama ke kawasan ini.

Sekarang, kawasan ini masih tetap ramai dengan banyaknya wisatawan yang ingin mengenal sejarah tentang Kota Lama Semarang. Sepertinya, kawasan ini menjadi tempat favorit para wisatawan. Selain sejarahnya, sudut-sudut di kawasan ini bisa dijadikan spot foto yang instagramable dengan background bangunan-bangunan klasik.

3. Sam Poo Kong


Sam Poo Kong, Semarang. Sumber: IG @key.pramudia

Berlokasi di jalan Simongan No. 129, Bongsari, Sam Poo Kong merupakan sebuah klenteng tua dan monumental yang merupakan peninggalan sejarah pecinan masa silam. Klenteng ini juga sebagai tempat persinggahan sekaligus tempat pendaratan Laksamana Tiongkok beragama Islam, yaitu Sam Poo Tay Djien.

Sobat Traveler. Wisata Sam Poo Kong sudah dibuka kembali pada tanggal 22 Juni 2020, sekitar satu bulan yang lalu setelah ditutup sementara karena Pandemi Corona. Di era AKB ini, ada beberapa protokol kesehatan yang diterapkan di sini.

Selain pembatasan jumlah pengunjung yang masuk, pengelola secara rutin melakukan penyemprotan disinfektan ke semua lokasi Sam Poo Kong. Ada posko kesehatan yang telah disediakan di sini. Dan, untuk semua petugas wisata sudah dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker, face shield, hand sanitizer, thermo gun, tempat cuci tangan, dan alat kesehatan lainnya.

Sam Poo Kong dibuka mulai pukul 8 pagi hingga pukul 6 sore. Tiket Masuknya sebesar Rp. 10.000.

4. Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah. Sumber: IG @tyasindayanti

Sepertinya kurang afdal jika saya tidak mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Masjid yang dijadikan wisata Religi ini menjadi tempat terakhir yang akan saya kunjungi ketika backpacker-an di Semarang.

Selain menjadi tempat untuk beribadah, tidak salah jika saya datang untuk melihat kemegahan dari MAJT ini. Masjid yang menjadi masjid termegah di Indonesia dirancang oleh arsitek Ir. H. Ahmad Fatoni dengan gaya arsitektural campuran Jawa dan Arab. Masjid yang telah dilengkapi dengan payung hidrolik ini dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006.

Berlokasi di Jalan gajah Mada, Sambirejo, Kec. Gayamsari, MAJT mulai dibuka pada pukul 04.00 - sampai 22.00 WIB.

Nah, Sobat Traveler. Itulah itinerary backpacker-an saya ke Semarang di era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ini. Dengan menggunakan kereta api yang menjadi transportasi favorit saya, melakukan perjalanan ke Semarang sepertinya akan lebih seru. Tidak lupa, saya juga melengkapi diri dengan persyaratan-persyaratan dalam melakukan perjalanan jarak jauh sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dan, dengan menggunakan Aplikasi Lunpia yang telah diluncurkan oleh Pemerintah Kota Semarang, saya menjadi semakin terbantu untuk mendapatkan penginapan dan memilih tempat-tempat wisata yang telah dibuka dan melakukan protokol kesehatan di sekitar Semarang.

Happy Backpacking Sobat Traveler!

Comments

  1. Wah bagus ya protokol kesehatannya Mas..jadi pengunjung merasa lebih aman..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hiking ke Gunung Karang, Bisa Sambil Berkemah dan Belajar Sejarah

Wisata Religi ke Batu Quran Pandeglang Banten

Istilah Staycation Semakin Populer, Apakah Artinya?

Travel Blog Indonesia Untuk Kita Semua

Pantai Bandulu Anyer, Lebih Mantap Dikunjungi Setelah Matahari Terbenam

4 Hal Seru Yang Ada Di Pantai Bandulu Anyer

Titik Nol Kilometer Anyer - Panarukan