Kenapa Saya Harus Traveling Ke Sumedang?

Kenapa Saya harus traveling ke Sumedang?

Ini yang menjadi pertanyaan saya pertama kali, kenapa saya harus traveling ke Sumedang? Sedangkan destinasi wisata di Indonesia ini banyak sekali yang menarik dan cantik. Di daerah saya saja, di Kabupaten Pandeglang - Provinsi Banten, sudah lengkap wisata alam dan sejarahnya. Apalagi, ditambah dengan tempat-tempat wisata di kota-kota tetangganya, seperti Serang, Cilegon, Tangerang, dan Lebak.

Mahkota Binokasih, instagram.com/@sumedang_banget

Saya bahkan tidak bosan-bosannya untuk traveling di daerah sendiri, ke Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan dan Kaibon, Benteng Speelwijk, Mercusuar Cikoneng, Kampung Baduy, pantai-pantai di Kecamatan Anyer, Carita, dan Panimbang, serta beberapa pulaunya. See, banyak, kan?! Dan, saya yakin masih banyak tempat wisata di daerah saya yang belum saya kunjungi.

Jadi, kenapa saya harus traveling ke Sumedang?

Selain traveling di daerah sendiri, Bali juga menjadi destinasi wisata favorit saya sampai detik ini. Hampir di setiap kabupatennya memiliki berbagai macam keindahan alam. Walaupun saya baru dua kali ke Bali dan harus menabung dulu untuk pergi ke sana, tapi keinginan untuk traveling ke Bali selalu muncul di setiap liburan. 

Semalam, saya malah terpikir untuk traveling ke Yogyakarta di akhir tahun ini, walaupun saya sudah ke Jogja sebanyak lima kali. Memang benar kata Joko Pinurbo, penyair ternama Indonesia, yang mengatakan bahwa “Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.” Suasana tradisional yang khas dan budayanya yang kental sangat terasa di setiap sudut Kota Gudeg ini. Membuat hati ini selalu ingin ke Jogja, selalu rindu akan Jogja. Walaupun hanya duduk-duduk di angkringan kopi dan jalan-jalan di sepanjang Jalan Malioboro, tapi hati ini sudah senang, sudah puas melepas rindu merasakan “udara” khas Yogyakarta.

Bandung juga, tempat kelahiran saya. Sepertinya, walaupun saya hanya duduk-duduk di sekitar Alun-alun Bandung dan hanya jajan batagor atau siomay di pinggir jalan, tapi saya sudah merasa asyik dan seru, sudah dapat vibe-nya Kota Kembang ini. Terakhir ke Bandung, saya menginap dan jalan-jalan di sekitar Jalan Braga. Dan, ini adalah pengalaman liburan yang tidak terlupakan. 

Area Masjid Tegalkalong, instagram.com/@iwankristiana

Bayangkan, walaupun hanya sebuah jalan, tapi jika dibaca tentang sejarah dibalik adanya jalan tersebut, saya merasa liburan di sini menjadi penuh arti. Tidak hanya mencari spot-spot instagramable dan merasakan wanginya aroma kopi di kafe-kafe yang bergaya Eropa. Tapi, saya jadi merasa bahwa saya telah menjadi bagian dari perkembangan zaman. Walaupun saya tidak hidup di zaman kemerdekaan, tapi sekarang saya mengalami secara langsung perubahan suatu tempat kearah yang semakin modern dan berkembang.

Lalu, kenapa saya harus traveling ke Sumedang? Ada apa di Sumedang? Alasan apa sehingga saya harus memasukkan Sumedang ke dalam wishlist traveling saya?

Saya memang jarang mendengar Sumedang sebagai referensi destinasi wisata dari teman-teman, atau mungkin karena saya yang kurang pergaulan sehingga saya tidak mendapat informasi langsung dari orang yang sudah pernah traveling ke Sumedang. Atau, bisa juga saya yang kurang membaca tentang apa saja tempat wisata yang menarik di Kota Tahu ini.

Sumedang memang tidak bisa dibandingkan dengan kota-kota lain, terutama dengan kota-kota yang saya sebutkan tadi, apalagi dibandingkan dengan daerah saya sendiri. Karena setiap daerah mempunyai daya tarik dan sejarahnya sendiri. 

Baik, saya akan coba mencari referensi tempat-tempat wisata Sumedang di instagram dengan tagar (#) sumedang.  Instagram ini adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan video. Aplikasi ini berada di urutan ketiga menjadi aplikasi terpopuler di dunia pada bulan September 2020 menurut merdeka.com. Aplikasi ini mungkin tidak bisa dijadikan acuan suatu kota atau destinasi wisata tersebut dikatakan populer atau tidak, tapi karena saya pengguna aktif instagram dan menjadikan setiap postingan-nya sebagai referensi untuk traveling, makanya saya coba melihat apa yang saya dapatkan ketika mengetik dengan tagar tersebut. Dan, inilah yang saya dapatkan, ada sekitar 1,1 Juta posting-an tentang Sumedang. 

Screenshot, instagram.com, dok. pribadi

Tapi, dari berbagai posting-an yang saya lihat, belum ada satu foto pun yang menarik untuk saya klik. Kemudian saya coba merubah tagarnya dengan tagar (#) sejarah sumedang. Saya memilih tagar ini karena saya suka sejarah, terutama sejarah di berbagai daerah di Indonesia. Seringnya, sejarah di suatu kota atau destinasi wisata itulah yang membuat saya ingin traveling ke tempat tersebut. 

Dan, ketika saya sedang traveling di suatu kota pun, seringnya saya mengunjungi tempat-tempat wisata bersejarah terlebih dahulu, sebelum saya keliling ke tempat-tempat wisata yang sedang hits atau sebelum saya mencicipi kuliner khasnya. 

Di tagar (#) sejarah sumedang ini, mata saya tertuju ke sebuah foto lawas. Ternyata ini adalah foto Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh, Cut Nyak Dien. Dari caption fotonya, dijelaskan bahwa ia diasingkan ke Sumedang. Wah, saya cukup terkejut membaca cerita sejarah ini. Hal yang sangat penting yang saya malah baru mengetahuinya. 

Ternyata, Sumedang menjadi kota yang mempunyai sejarah penting di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kota ini menjadi saksi bagaimana pejuang dari Tanah Rencong ini menjalani masa pengasingan sampai akhir hayatnya. Karena, caption dari foto tersebut hanyalah sebuah penggalan-penggalan kalimat, akhirnya saya mencari dan membaca sejarah lengkapnya di berbagai sumber secara daring.   

Pengasingan Cut Nyak Dien di Sumedang, instagram.com/@sejarahsumedang

Kota Sumedang ini menjadi tempat peristirahatan Cut Nyak Dien. Ia lahir pada tahun 1848 dan berasal dari keluarga bangsawan yang taat beragama. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang Ulebalang (Panglima Perang) IV Mukin. Ia juga merupakan keturunan dari Sultan Aceh.

Cut Nyak Dien lahir dari keluarga bangsawan, tapi hal ini tidak lantas membuatnya untuk lebih memilih hidup mewah dan nyaman. Ketika perang Aceh meletus pada tahun 1873, ketika usianya masih muda, ia memimpin perang di garis depan melawan pasukan Belanda yang lebih bersenjata lengkap. Ia dikenal sebagai panglima perang yang tangguh di wilayah VI Mukin. 

Setelah bertahun-tahun bertempur, pasukan yang dipimpin Cut Nyak Dien semakin terdesak. Suami, anak-anak, dan menantunya pun telah gugur di medan perang. Walaupun kondisi fisik dan kesehatannya semakin melemah, tapi semangatnya tetap gigih untuk melanjutkan pertempuran melawan Belanda. Tapi, akhirnya panglima perangnya, Pang Laot Ali, menawarkannya untuk menyerahkan diri ke Belanda.   

Akhirnya, Cut Nyak Dien berhasil ditangkap dan diasingkan oleh Belanda ke kota Sumedang pada tahun 1906  ketika usianya mencapai 58 tahun. Ia diasingkan ke sebuah rumah milik K.H. Ilyas, salah satu tokoh di Sumedang pada masa itu. Rumah pengasingannya berada di Kampung Kaum, Kelurahan Regol Wetan. 

Bekas rumah pengasingan Cut Nyak Dien di Sumedang, sumedangtandang.com

Menurut keterangan, Cut Nyak Dien diasingkan ke rumah tersebut atas permintaan Pangeran Aria Suria Atmaja, selaku Bupati Sumedang pada saat itu. Ia merasa iba jika menempatkannya ke sebuah penjara. Akhirnya, Cut Nyak Dien tinggal di sebuah rumah kayu yang memiliki tujuh ruangan, yaitu empat kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga, dan satu ruang pengajian.

Selama tinggal di Sumedang, Cuk Nyak Dien menjadi seorang pendakwah. Ia dikenal sebagai ustadzah karena kepiawaiannya mengajar mengaji dan menghafal Al-Quran. Ia kemudian di panggil sebagai Ibu Prabu atau Ibu Suci, sebuah panggilan penghormatan yang diberikan oleh warga Sumedang kepadanya. 

Jadi, kenapa saya harus traveling ke Sumedang?

Inilah alasan utama kenapa saya harus taveling ke Sumedang, yaitu melihat bekas rumah pengasingan seorang Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Cut Nyak Dien. Melihat bagaimana semangatnya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara langsung sampai akhirnya diasingkan ke Sumedang. 

Cerita sejarah dari Cut Nyak Dien ini membuat rasa penasaran saya untuk melihat langsung jejak sejarah tentangnya. Sejarah penting yang harus diketahui oleh semua orang, khususnya saya sendiri. Sejarah memang menjadi hal yang sangat menarik untuk saya pelajari dan melihat langsung bukti sejarahnnya. Dan, sekarang bertambah lagi ilmu pengetahuan saya tentang cerita hidup seorang pejuang kemerdekaan dari Tanah Rencong. 

 Masjid Agung Sumedang, instagram.com/@iwankristiana

Sekarang di halaman depan bekas rumah tinggal Cut Nyak Dien terpampang plang bertuliskan “Bekas Rumah Tinggal Cut Nyak Dien Sumedang.” Lokasi rumahnya tidak jauh dari Masjid Agung Sumedang.

Kembali ke tagar (#) sejarah sumedang di Instagram., saya juga tertarik untuk mengklik foto lawas sebuah masjid. Ternyata foto ini adalah Masjid Agung Sumedang. Ketika melihat sebuah masjid agung, saya terkadang teringat dengan Masjid Agung Banten yang berada di daerah saya. Masjid Agung Banten dibangun sekitar tahun 1552-1570 dibawah masa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanaudin. Saya bahkan sudah mengunjunginya sebanyak tiga kali. 

Sedangkan, jika saya membaca sejarah dari Masjid Agung Sumedang, ia mulai dibangun pada tanggal 3 Juni 1850 dan diselesaikan pada tahun 1854 di bawah kepemimpinan Pangeran Sugih. Jadi, usia masjidnya sekarang sudah  lebih dari 150 tahun.

Masjid ini memiliki perpaduan arsitektur Islam dan Tionghoa. Atapnya mirip dengan Pagoda Cina, karena memang atapnya ini mengadopsi gaya bangunan di Tiongkok pada abad ke-19. Masjid yang juga bernama Masjid Besar Tegalkalong yang dijadikan situs bersejarah ini dirancang oleh arsitek dari Tiongkok. Hal lain yang menarik dari arsitektur masjid ini adalah tiang penyangga bangunannya yang berjumlah sebanyak 166 buah. Selain itu, bentuk mimbar masjid-nya juga sangat antik dengan mempertahankan bentuk aslinya. 

Selain Masjid Agung Sumedang yang ada di kumpulan posting-an tagar tersebut, Kereta Naga Paksi atau yang biasa dikenal dengan nama Kereta Kencana Naga Paksi juga menarik perhatian saya, karena bentuknya yang berbeda dari bentuk kereta pada umumnya.

Kereta Naga Paksi, instagram.com/@aslisumedang

Ketika saya berkunjung ke Museum Kareta Karaton Ngayogyakarta di Yogyakarta, tidak ada satupun kereta yang bentuk dan ukirannya seperti Kereta Naga Paksi ini, semua bentuk dan dekorasinya memang luar biasa dan mewah. Tapi, hampir semua keretanya berbentuk persegi panjang dengan dekorasi ukiran khas daerahnya.

Sedangkan, Kereta Naga Paksi ini mempunyai bentuk sesuai namanya dengan ukuran yang sangat besar, yaitu dengan panjang 7 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 3, 1 meter. Sekarang kereta ini hanya sebuah replika rangka besi yang dirancang oleh Elang Yusuf Dendabrata. Tapi, pada masa lalu, kereta kencana milik Kerajaan Sumedang Larang ini terbuat dari bahan kayu. 

Kereta Naga Paksi ini mulai digunakan pada masa kepemimpinan Pangeran Koesoemah Dinata atau biasa disebut Pangeran Kornel, yaitu sekitar tahun 1791 – 1828. Dan, masih digunakan pada masa kepemimpinan Pangeran Suria Kusumah Adinaya yang berkuasa sekitar tahun 1838 – 1882. Tujuan digunakan Kereta Naga Paksi ini adalah untuk keperluan bepergian di dalam kota, menghadiri sebuah acara, dan juga sebagai kendaraan pernikahan.  Sekarang, Kereta Naga Paksi disimpan di museum Prabu Geusan Ulun.  

Jadi, apakah saya akan memasukkan Sumedang ke dalam wishlist traveling saya?

Dengan semua sejarah yang dimiliki oleh Kota Sumedang ini, tentunya akan banyak pengetahuan dan pengalaman beharga yang akan saya dapatkan ketika traveling ke kota ini. Seperti, saya sebutkan sebelumnya bahwa, sejarah menjadi hal yang sangat menarik untuk saya pelajari apalagi jika melihat bukti sejarahnya secara langsung, dan tujuan utama saya traveling adalah untuk lebih mengenal suatu daerah atau destinasi wisata, terutama dalam segi sejarahnya. 


Sumber Referensi:

id.m.wikipedia.org

grid.id

jabar.tribunnews.com

kumparan.co.id

republika.co.id

travelingyuk.com

Comments

Popular posts from this blog

Hiking ke Gunung Karang, Bisa Sambil Berkemah dan Belajar Sejarah

Wisata Religi ke Batu Quran Pandeglang Banten

Istilah Staycation Semakin Populer, Apakah Artinya?

Travel Blog Indonesia Untuk Kita Semua

Pantai Bandulu Anyer, Lebih Mantap Dikunjungi Setelah Matahari Terbenam

4 Hal Seru Yang Ada Di Pantai Bandulu Anyer

Titik Nol Kilometer Anyer - Panarukan